Scroll untuk baca artikel
Kondangan

Panduan Lengkap Hitungan Jawa Pernikahan: Panduan Penting dalam Mempersiapkan Pernikahan Adat Jawa

65
×

Panduan Lengkap Hitungan Jawa Pernikahan: Panduan Penting dalam Mempersiapkan Pernikahan Adat Jawa

Share this article
Panduan Lengkap Hitungan Jawa Pernikahan: Panduan Penting dalam Mempersiapkan Pernikahan Adat Jawa

“Hitungan jawa pernikahan” adalah tradisi masyarakat Jawa dalam menentukan hari pernikahan berdasarkan neptu atau nilai numerologi dari weton, yaitu hari lahir menurut kalender Jawa. Misalnya, seseorang yang lahir pada hari Rabu Pahing memiliki neptu 16, yaitu penjumlahan 7 (Rabu) dan 9 (Pahing).

Tradisi ini dianggap penting karena dipercaya dapat menentukan kecocokan, keberuntungan, dan masa depan pernikahan. Hitungan jawa pernikahan juga memengaruhi pemilihan seserahan, maskawin, dan berbagai ritual pernikahan lainnya. Secara historis, tradisi ini berkembang sejak zaman Kerajaan Mataram dan menjadi bagian integral dari budaya Jawa.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang sejarah, cara menghitung neptu, serta pengaruh hitungan jawa pernikahan dalam tradisi pernikahan Jawa.

hitungan jawa pernikahan

Hitungan jawa pernikahan memegang peranan penting dalam tradisi pernikahan adat Jawa. Ada beberapa aspek penting yang perlu dipahami, yaitu:

  • Weton
  • Neptu
  • Hari baik
  • Seserahan
  • Maskawin
  • Prosesi pernikahan
  • Larangan
  • Pantangan

Aspek-aspek ini saling terkait dan memengaruhi jalannya pernikahan adat Jawa. Weton dan neptu digunakan untuk menentukan hari baik, yang selanjutnya akan menentukan seserahan, maskawin, dan prosesi pernikahan. Selain itu, juga terdapat berbagai larangan dan pantangan yang harus dipatuhi selama prosesi pernikahan berlangsung.

Weton

Weton adalah hari lahir seseorang menurut penanggalan Jawa, yang terdiri dari hari dalam seminggu (Senin-Ahad) dan pasaran (Legi-Pahing-Pon-Wage-Kliwon). Dalam hitungan jawa pernikahan, weton menjadi dasar penentuan neptu, yaitu nilai numerologi yang digunakan untuk menentukan hari baik pernikahan.

Weton sangat penting dalam hitungan jawa pernikahan karena dipercaya dapat menentukan kecocokan, keberuntungan, dan masa depan pernikahan. Hal ini karena weton mencerminkan karakter dan sifat seseorang, yang kemudian akan memengaruhi hubungan mereka dengan pasangannya. Misalnya, seseorang yang lahir pada weton Rabu Pahing memiliki neptu 16, yang dianggap sebagai neptu yang baik untuk pernikahan.

Selain itu, weton juga digunakan untuk menentukan hari baik pernikahan, seserahan, maskawin, dan prosesi pernikahan lainnya. Misalnya, jika kedua mempelai memiliki neptu yang cocok, maka mereka dapat memilih hari pernikahan pada weton yang memiliki neptu yang juga cocok. Hal ini dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi pernikahan mereka.

Secara keseluruhan, weton adalah komponen penting dalam hitungan jawa pernikahan. Dengan memahami weton dan neptu, masyarakat Jawa dapat menentukan hari baik pernikahan dan berbagai aspek penting lainnya, sehingga diharapkan dapat membawa kebahagiaan dan keharmonisan dalam pernikahan mereka.

Neptu

Neptu adalah nilai numerologi yang diperoleh dari weton seseorang, yaitu hari lahir menurut penanggalan Jawa. Neptu memiliki peran penting dalam hitungan jawa pernikahan karena dipercaya dapat menentukan kecocokan, keberuntungan, dan masa depan pernikahan. Semakin tinggi nilai neptu, maka semakin baik neptu tersebut.

Neptu merupakan komponen penting dalam hitungan jawa pernikahan karena digunakan untuk menentukan hari baik pernikahan. Hari baik pernikahan adalah hari yang memiliki neptu yang cocok dengan neptu kedua mempelai. Hal ini dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi pernikahan mereka. Misalnya, jika kedua mempelai memiliki neptu yang berjumlah 16, maka mereka dapat memilih hari pernikahan pada weton yang memiliki neptu 8 atau 24.

Selain untuk menentukan hari baik pernikahan, neptu juga digunakan untuk menentukan seserahan, maskawin, dan prosesi pernikahan lainnya. Misalnya, jumlah seserahan biasanya disesuaikan dengan neptu kedua mempelai. Maskawin juga ditentukan berdasarkan neptu kedua mempelai, biasanya berupa uang atau perhiasan yang nilainya sesuai dengan neptu mempelai pria. Prosesi pernikahan juga disesuaikan dengan neptu kedua mempelai, misalnya urutan prosesi dan doa-doa yang dibacakan.

Dengan demikian, neptu memiliki peran penting dalam hitungan jawa pernikahan. Memahami neptu dan cara menghitungnya dapat membantu masyarakat Jawa menentukan hari baik pernikahan dan berbagai aspek penting lainnya, sehingga diharapkan dapat membawa kebahagiaan dan keharmonisan dalam pernikahan mereka.

Hari baik

Dalam hitungan jawa pernikahan, hari baik merupakan hari yang dianggap membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi pasangan yang menikah. Hari baik dipilih berdasarkan neptu kedua mempelai, yaitu nilai numerologi yang diperoleh dari weton (hari lahir menurut penanggalan Jawa). Semakin cocok neptu kedua mempelai, maka semakin baik hari pernikahan yang dipilih.

Hari baik sangat penting dalam hitungan jawa pernikahan karena dipercaya dapat memengaruhi keharmonisan, kesejahteraan, dan keberlangsungan pernikahan. Oleh karena itu, masyarakat Jawa sangat memperhatikan pemilihan hari baik pernikahan, bahkan rela mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkan hari baik yang sesuai dengan neptu mereka.

Contoh hari baik dalam hitungan jawa pernikahan antara lain:

  • Weton Rabu Pahing dengan neptu 16, cocok menikah pada weton Jumat Kliwon dengan neptu 14 atau Minggu Wage dengan neptu 12.
  • Weton Senin Legi dengan neptu 9, cocok menikah pada weton Kamis Wage dengan neptu 12 atau Sabtu Pahing dengan neptu 18.

Dengan memahami hitungan jawa pernikahan, masyarakat Jawa dapat menentukan hari baik pernikahan yang sesuai dengan neptu mereka, sehingga diharapkan dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi pernikahan mereka.

Seserahan

Dalam hitungan jawa pernikahan, seserahan merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan. Seserahan adalah pemberian barang-barang dari pihak mempelai pria kepada pihak mempelai wanita sebagai tanda keseriusan dan tanggung jawab dalam pernikahan.

  • Jenis Seserahan

    Jenis seserahan yang diberikan biasanya disesuaikan dengan adat istiadat setempat dan kemampuan ekonomi keluarga mempelai pria. Beberapa jenis seserahan yang umum diberikan antara lain pakaian, perhiasan, peralatan rumah tangga, dan makanan.

  • Makna Seserahan

    Selain sebagai tanda keseriusan dan tanggung jawab, seserahan juga memiliki makna simbolis. Misalnya, pakaian melambangkan harapan agar kedua mempelai dapat saling menutupi kekurangan dan melengkapi satu sama lain. Perhiasan melambangkan harapan agar pernikahan mereka selalu dipenuhi kebahagiaan dan kemewahan.

  • Penentuan Seserahan

    Penentuan jenis dan jumlah seserahan biasanya didasarkan pada neptu kedua mempelai. Semakin tinggi neptu kedua mempelai, maka semakin banyak dan mewah seserahan yang diberikan. Hal ini dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi pernikahan mereka.

  • Prosesi Seserahan

    Prosesi seserahan biasanya dilakukan beberapa hari sebelum akad nikah. Barang-barang seserahan dibawa oleh pihak mempelai pria ke rumah pihak mempelai wanita. Prosesi ini biasanya diiringi dengan musik tradisional dan doa-doa.

Dengan memahami berbagai aspek seserahan dalam hitungan jawa pernikahan, diharapkan dapat membantu masyarakat Jawa dalam mempersiapkan pernikahan sesuai dengan adat istiadat setempat dan membawa keberuntungan serta kebahagiaan bagi kedua mempelai.

Maskawin

Maskawin merupakan salah satu komponen penting dalam hitungan jawa pernikahan. Maskawin adalah pemberian wajib dari pihak mempelai pria kepada pihak mempelai wanita sebagai simbol kesanggupan dan tanggung jawab dalam pernikahan. Pemberian maskawin dalam hitungan jawa pernikahan memiliki makna dan perhitungan tersendiri.

Maskawin biasanya berupa uang, perhiasan, atau barang berharga lainnya. Jumlah dan jenis maskawin ditentukan berdasarkan neptu kedua mempelai. Semakin tinggi neptu kedua mempelai, maka semakin besar pula maskawin yang diberikan. Hal ini dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi pernikahan mereka.

Dalam praktiknya, maskawin biasanya diberikan pada saat akad nikah. Pemberian maskawin disaksikan oleh penghulu dan kedua belah pihak keluarga. Maskawin kemudian disimpan oleh pihak mempelai wanita sebagai tanda ikatan pernikahan mereka.

Pemahaman tentang maskawin dalam hitungan jawa pernikahan sangat penting bagi masyarakat Jawa. Dengan memahami makna dan perhitungan maskawin, diharapkan dapat membantu masyarakat Jawa dalam mempersiapkan pernikahan sesuai dengan adat istiadat setempat dan membawa keberuntungan serta kebahagiaan bagi kedua mempelai.

Prosesi pernikahan

Prosesi pernikahan dalam hitungan jawa merupakan rangkaian acara yang dilakukan pada saat pernikahan adat Jawa. Setiap tahap dalam prosesi pernikahan memiliki makna dan aturan tersendiri yang harus dipatuhi. Prosesi pernikahan ini sangat penting karena dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi kedua mempelai.

  • Panggih
    Panggih adalah prosesi pertemuan pertama antara kedua mempelai. Prosesi ini biasanya dilakukan di pelaminan. Kedua mempelai akan saling berhadapan dan melakukan beberapa gerakan simbolis, seperti saling melempar sirih dan men cincin.
  • Sungkeman
    Sungkeman adalah prosesi di mana kedua mempelai meminta restu dan doa kepada orang tua dan keluarga. Prosesi ini dilakukan dengan cara kedua mempelai duduk bersimpuh di hadapan orang tua dan keluarga, dan mencium tangan atau kaki mereka.
  • Kijab
    Kijab adalah prosesi ijab kabul, yaitu ketika wali nikah mempelai wanita menikahkan mempelai wanita kepada mempelai pria. Prosesi ini dilakukan di hadapan penghulu dan saksi. Setelah ijab kabul, kedua mempelai resmi menjadi suami istri.
  • Resepsi
    Resepsi adalah prosesi ramah tamah antara kedua mempelai dengan para tamu undangan. Prosesi ini biasanya dilakukan setelah prosesi akad nikah. Dalam resepsi, kedua mempelai akan berfoto bersama para tamu undangan dan menikmati hidangan yang telah disediakan.

Prosesi pernikahan dalam hitungan jawa sangat beragam dan memiliki makna yang mendalam. Setiap tahap dalam prosesi pernikahan memiliki perannya masing-masing dalam menyatukan kedua mempelai dan membawa keberuntungan bagi pernikahan mereka.

Larangan

Dalam hitungan jawa pernikahan, larangan merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh kedua mempelai dan keluarga mereka. Larangan ini bertujuan untuk menghindari kesialan atau malapetaka dalam pernikahan. Larangan dalam hitungan jawa pernikahan sangat beragam, mulai dari larangan menikah pada hari tertentu hingga larangan menggunakan pakaian berwarna tertentu.

Salah satu larangan yang paling umum dalam hitungan jawa pernikahan adalah larangan menikah pada hari Selasa Kliwon. Hari ini dianggap sebagai hari yang buruk untuk menikah karena dipercaya membawa kesialan bagi kedua mempelai. Selain itu, ada juga larangan menikah pada bulan Suro (Muharram) karena bulan ini dianggap sebagai bulan yang penuh dengan kesialan.

Larangan-larangan dalam hitungan jawa pernikahan tidak hanya berlaku bagi kedua mempelai, tetapi juga bagi keluarga mereka. Misalnya, pihak keluarga mempelai pria dilarang datang ke rumah pihak keluarga mempelai wanita pada malam hari. Hal ini dipercaya dapat membawa kesialan bagi kedua mempelai.

Pemahaman tentang larangan dalam hitungan jawa pernikahan sangat penting bagi masyarakat Jawa. Dengan memahami larangan-larangan tersebut, masyarakat Jawa dapat menghindari kesialan atau malapetaka dalam pernikahan mereka. Selain itu, pemahaman tentang larangan ini juga dapat membantu masyarakat Jawa dalam melestarikan adat istiadat dan budaya Jawa.

Pantangan

Dalam hitungan jawa pernikahan, pantangan merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh kedua mempelai dan keluarga mereka. Pantangan ini bertujuan untuk menghindari kesialan atau malapetaka dalam pernikahan. Pantangan dalam hitungan jawa pernikahan sangat beragam, mulai dari pantangan menikah pada hari tertentu hingga pantangan menggunakan pakaian berwarna tertentu.

Pantangan dalam hitungan jawa pernikahan sangat erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Jawa terhadap kekuatan gaib. Masyarakat Jawa percaya bahwa jika pantangan dilanggar, maka akan terjadi hal-hal buruk pada pernikahan, seperti perceraian, kemandulan, atau bahkan kematian. Oleh karena itu, masyarakat Jawa sangat berhati-hati dalam mematuhi pantangan-pantangan tersebut.

Beberapa contoh pantangan dalam hitungan jawa pernikahan antara lain:

  • Tidak boleh menikah pada hari Selasa Kliwon.
  • Tidak boleh menikah pada bulan Suro (Muharram).
  • Tidak boleh menggunakan pakaian berwarna hitam atau putih pada saat pernikahan.
  • Tidak boleh membawa benda tajam pada saat pernikahan.
  • Tidak boleh melangkahi seserahan.

Pemahaman tentang pantangan dalam hitungan jawa pernikahan sangat penting bagi masyarakat Jawa. Dengan memahami pantangan-pantangan tersebut, masyarakat Jawa dapat menghindari kesialan atau malapetaka dalam pernikahan mereka. Selain itu, pemahaman tentang pantangan ini juga dapat membantu masyarakat Jawa dalam melestarikan adat istiadat dan budaya Jawa.

Pertanyaan Umum tentang Hitungan Jawa Pernikahan

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum yang sering diajukan terkait hitungan jawa pernikahan:

Pertanyaan 1: Apa itu hitungan jawa pernikahan?

Jawaban: Hitungan jawa pernikahan adalah tradisi masyarakat Jawa dalam menentukan hari pernikahan berdasarkan weton atau nilai numerologi dari weton, yaitu hari lahir menurut kalender Jawa.

Pertanyaan 2: Mengapa hitungan jawa pernikahan penting?

Jawaban: Hitungan jawa pernikahan dianggap penting karena dipercaya dapat menentukan kecocokan, keberuntungan, dan masa depan pernikahan.

Pertanyaan 3: Bagaimana cara menghitung neptu untuk hitungan jawa pernikahan?

Jawaban: Neptu dihitung dengan menjumlahkan nilai numerologi hari lahir (weton) dan pasaran lahir. Misalnya, seseorang yang lahir pada hari Rabu Pahing memiliki neptu 16 (7 + 9).

Pertanyaan 4: Apa saja aspek-aspek yang dipengaruhi oleh hitungan jawa pernikahan?

Jawaban: Hitungan jawa pernikahan memengaruhi berbagai aspek pernikahan, seperti hari baik, seserahan, maskawin, dan prosesi pernikahan.

Pertanyaan 5: Apakah ada larangan dan pantangan dalam hitungan jawa pernikahan?

Jawaban: Ya, terdapat beberapa larangan dan pantangan dalam hitungan jawa pernikahan, seperti larangan menikah pada hari Selasa Kliwon dan pantangan menggunakan pakaian berwarna hitam pada saat pernikahan.

Pertanyaan 6: Bagaimana cara melestarikan tradisi hitungan jawa pernikahan?

Jawaban: Tradisi hitungan jawa pernikahan dapat dilestarikan dengan cara terus mempelajarinya, mempraktikkannya, dan mengajarkannya kepada generasi muda.

Demikian beberapa pertanyaan umum tentang hitungan jawa pernikahan. Dengan memahami hitungan jawa pernikahan, masyarakat Jawa dapat melestarikan tradisi dan mempersiapkan pernikahan yang sesuai dengan adat istiadat setempat. Pemahaman tentang hitungan jawa pernikahan juga dapat membantu dalam menentukan hari baik pernikahan dan berbagai aspek penting lainnya, sehingga diharapkan dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan dalam pernikahan.

Selanjutnya, kita akan membahas lebih lanjut tentang sejarah dan perkembangan hitungan jawa pernikahan.

TIPS Menentukan Hari Baik Pernikahan Menurut Hitungan Jawa

Setelah memahami dasar-dasar hitungan jawa pernikahan, berikut adalah beberapa tips untuk menentukan hari baik pernikahan menurut adat Jawa:

Tip 1: Hitung Neptu dengan Benar

Ketepatan dalam menghitung neptu sangat penting. Pastikan untuk menjumlahkan nilai weton dan pasaran lahir kedua mempelai dengan benar.

Tip 2: Pertimbangkan Neptu Kedua Mempelai

Pilih hari pernikahan yang memiliki neptu yang cocok dengan neptu kedua mempelai. Semakin cocok neptu, semakin baik.

Tip 3: Hindari Hari Selasa Kliwon

Dalam hitungan jawa pernikahan, Selasa Kliwon dianggap sebagai hari yang kurang baik untuk menikah. Sebaiknya hindari memilih hari tersebut.

Tip 4: Perhatikan Bulan Pernikahan

Beberapa bulan dalam kalender Jawa dianggap kurang baik untuk menikah, seperti bulan Suro (Muharram) dan bulan Pasa (Ramadhan).

Tip 5: Konsultasikan dengan Penghulu atau Sesepuh

Untuk memastikan ketepatan perhitungan dan pemilihan hari baik, konsultasikan dengan penghulu atau sesepuh yang paham hitungan jawa pernikahan.

Tip 6: Sesuaikan dengan Adat Setempat

Hitungan jawa pernikahan mungkin bervariasi di setiap daerah. Sesuaikan perhitungan dan pemilihan hari baik dengan adat setempat.

Dengan mengikuti tips di atas, diharapkan dapat membantu Anda menentukan hari baik pernikahan menurut hitungan jawa. Hari baik pernikahan yang sesuai dengan neptu kedua mempelai dan aturan adat dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi pernikahan Anda.

Selanjutnya, kita akan membahas lebih lanjut tentang sejarah dan perkembangan hitungan jawa pernikahan.

Kesimpulan

Hitungan jawa pernikahan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang telah diwarisi secara turun temurun. Tradisi ini memiliki peran penting dalam menentukan hari baik pernikahan, seserahan, maskawin, dan prosesi pernikahan. Dengan memahami hitungan jawa pernikahan, masyarakat Jawa dapat mempersiapkan pernikahan sesuai dengan adat istiadat setempat dan membawa keberuntungan serta kebahagiaan bagi kedua mempelai.

Beberapa poin penting dalam hitungan jawa pernikahan antara lain:

  • Weton dan neptu menjadi dasar penentuan hari baik pernikahan.
  • Hari baik pernikahan dipilih berdasarkan neptu kedua mempelai yang cocok.
  • Hitungan jawa pernikahan juga memengaruhi aspek-aspek lain seperti seserahan, maskawin, dan prosesi pernikahan.

Dengan melestarikan tradisi hitungan jawa pernikahan, masyarakat Jawa dapat menjaga kekayaan budaya dan adat istiadatnya. Selain itu, hitungan jawa pernikahan juga dapat menjadi sarana untuk mempererat hubungan antara keluarga kedua mempelai dan masyarakat sekitar.

Images References :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *